Sejarah peradaban manusia merupakan perdebatan yang belum selesai, mulai dari kalangan ilmuwan, sejarahwan hingga agamawan. Pemahaman mengenai sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah sejak kecil hingga dewasa tidak lagi dilihat sebagai suatu “kebenaran” yang mutlak. Bukti-bukti baru dari artefak, dokumen historis hingga vegetasi suatu wilayah memunculkan pertanyaan yang radikal dan mendasar. Benarkah fakta-fakta sejarah yang selama ini kita pelajari? Ataukah fakta itu hanya ditulis oleh mereka yang memenangkan peperangan dalam peradaban manusia?
Memahami sejarah adalah menyatukan kepingan-kepingan fakta dan bukti yang membuat rangkaian sejarah menjadi sesuatu yang logis secara tata urutan waktu dan terkoneksi antar satu kepingan dengan kepingan lain. Dalam prosesnya, seringkali mendobrak dan merekonstruksi ulang pengetahuan dan pemahaman serta kesimpulan kita selama ini mengenai sejarah.
Sejarah peradaban manusia yang kita pahami selama ini berangkat dari asumsi bahwa garis waktu berbanding dengan tingkat peradaban manusia. Kata “sejarah” dan “pra-sejarah” itu sendiri menandai titik awal peradaban manusia seperti penandaan dua kutub yang berlawan dari segi kualitas, seperti kuno dan maju, atau tradisional dan modern.
Fondasi dasar pemahaman tonggak sejarah peradaban manusia ini adalah Teori Evolusi Darwin. Inti teori Darwin adalah bahwa makhluk hidup berevolusi dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam, termasuk manusia. Disimpulkan bahwa manusia pada masa pra-sejarah memiliki tingkat kemampuan otak serta peradaban yang rendah atau primitif. Bukti-bukti evolusi tengkorak dan fosil manusia pra-sejarah diklaim untuk mengukuhkan bahwa peradaban masa kini adalah hasil dari evolusi pra-sejarah yang jauh terbelakang. Charles Dawson, ahli palaentologi mengklaim menemukan sebuah tulang rahang dan fragmen tengkorak di Piltdown, Inggris pada tahun 1912. Tulang yang kemudian dijuluki “Manusia Piltdown” ini mirip tulang rahang hewan, namun gigi dan tengkoraknya seperti milik manusia. Ketika ditemukan, para arkeolog memperkirakan tulang manusia Piltdown berumur 500.000 tahun.
Pemikiran dengan bukti-bukti artefak itu yang dijadikan dasar untuk membedakan antara masa kini yang dilihat sebagai peradaban “modern” karena memiliki teknologi yang maju, perilaku yang berperikemanusiaan serta “menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia” vis a vis peradaban pra-sejarah yang kuno, berteknologi rendah, berperilaku barbarian atau “tidak beradab”. Modern menjadi satu identitas baru sebagai syarat untuk dikatakan lebih beradab dan memiliki peradaban. Modernisasi menjadi arahan dan mesin penggerak peradaban karena diidentikan dengan kebaruan dan kemajuan. Modern pun menjadi kata sifat yang juga dilekatkan dalam gaya hidup dan etos kerja manusia, yang dinamis, cepat, praktis dan profesional.
Namun demikian, bukti-bukti sejarah yang baru ditemukan mulai mempertanyakan pemahaman yang mengdikotomikan sejarah dan pra-sejarah dan soal peradaban manusia itu sendiri. Banyak ilmuwan yang memberikan bukti bahwa teori Darwin layak untuk diragukan. Pada tahun 1953, hasil pengujian secara menyeluruh terhadap fosil tersebut menunjukkan kepalsuannya. Tengkorak itu berasal dari manusia yang hidup beberapa ribu tahun yang lalu, sedangkan tulang rahangnya berasal dari bangkai kera yang baru terkubur beberapa tahun. Agar terlihat mirip manusia, gigi-giginya ditambahkan dan persendiannya disumpal. Fosilpun diwarnai dengan potasium dokromat agar tampak kuno. Riset lain menunjukkan rekaman fosil yang merobohkan Teori Evolusi. Temuan tim riset University of California mengungkap sebuah bukti bahwa manusia dan simpanse berevolusi secara terpisah.
Selain itu, banyak bukti-bukti sejarah baru yang mempertanyakan soal teknologi pra-sejarah yang selama ini dinilai kuno dan terbelakang. Di Republik Gabon, Afrika, ditemukan tambang reaktor nuklir yang diperkirakan berusia 2 miliar tahun. Tambang ini lebih canggih dari pertambangan reaktor nuklir zaman sekarang. Di ruangan kuil Kerajaan Mesir Kuno di Abydos, beberapa ratus mil sebelah selatan Kairo dan plato Giza, ditemukan gambar-gambar alat transportasi canggih pada balok atas penyangga langit-langit. Di China ditemukan beberapa dokumen sanskrit di Lhasa, Tibet. Hasil penerjemahan Dr. Ruth Reyna dari Universitas Chandrigargh menjelaskan bahwa dokumen tersebut ternyata berisi petunjuk untuk membuat pesawat luar angkasa yang cara pembuatannya berbasis pada satu sistem analog bernama “Laghima”, yaitu satu sumber tenaga yang tidak diketahui oleh manusia modern. Menurut ahli Yoga Hindu, “laghima” ini menjadikan seseorang itu mempunyai kemampuan untuk terbang.
Dokumen sanskrit kuno lain menyebutkan bahwa, Maharaja India, Ashoka, telah membentuk sebuah kelompok “Sembilan Lelaki Misterius” yang terdiri atas para ilmuwan terkenal India yang dikatakan mengkatalogkan berbagai jenis sumber-sumber sains. Kesembilan ilmuwan itu menulis Sembilan buku tentang “Rahasia-rahasia Gravitasi” yang didalamnya menyebutkan kendaraan angkasa bernama Vimana/Astras. Namun, Ashoka merahasiakan kerja para ilmuwan karena khawatir akan digunakan sebagai alat peperangan. Dan masih banyak temuan-temuan lain yang membuktikan betapa majunya peradaban masa lalu. Salah satunya terurai dalam buku Prehistoric Civilitation: Inspiration for Mankind (2002) yang ditulis oleh Zheng Jian, Early Man and the Rise of Civilization in Sri Lanka: the Archaeological Evidence yang ditulis oleh S.U.Deraniyagala, Direktur Jenderal Arkeologi Srilanka, dan lain sebagainya.
Temuan-temuan baru ini memunculkan dua pertanyaan besar yang mengkritisi pemahaman kita selama ini mengenai peradaban manusia dan teknologi pra-sejarah. Apakah benar teknologi pra-sejarah adalah kuno? Apakah manusia pra-sejarah tidak beradab dan tidak mampu membangun peradaban?
Sumber: Catatan Lemurian Prod
0 comments:
Post a Comment